Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

Selamat Ulang Tahun ke 475 Jakarta!

by Fred Batavia


For my pal, B, hope you enjoy it! Kejadian lucu yang menimpa kawan saya si B tadi, tentu saja disajikan dengan bumbu fiksi sedikit terlebih dahulu sehingga dapat lebih menghibur. Nama dan lokasi sudah diubah. Kepada Redaksi yang terhormat, Pada kesempatan ini, saya, Rahmat, ingin mengucapkan Selamat Ulang Tahun yang ke 475 kepada ibukota Jakarta yang telah menjadi rumah saya selama lima tahun belakangan ini. Dan dalam topik yang sama pula saya ingin mengajukan gugatan kepada Dinas Transportasi Umum DKI karena seperti masalah yang banyak dihadapi warga ibukota lainnya, masalah transportasi menjadi makanan sehari-hari kami semua. Begini, pada sore hari itu saya ingat sekali, hujan sudah mulai turun rintik-rintik. Karena tepat pukul empat sore shift saya di sebuah toko serbaada selesai, maka langsung saja saya berlari ke halte di seberang mal tempat saya bekerja. Masalah saya yaitu, sudah empat bis ke arah Grogol yang lewat di hadapan saya, tetapi tidak satupun dapat saya naiki. Kenapa? Karena semuanya sudah penuh sesak oleh masyarakat yang juga ingin segera pulang ke tempat tinggal masing-masing. Apakah menurut Anda, ibukota ini layak diberi bus tambahan pada waktu jam-jam sibuk seperti ini? Anda tau sendiri kendaraan umum kecil lainnya tiada diperbolehkan untuk melewati jalur “pameran” gedung-gedung bertingkat di pusat niaga kota ini. Akhirnya sebuah Bus yang sudah penuh itupun tetap memaksakan diri untuk berhenti di depan halte saya. Seperti biasa, tas punggung saya pindahkan ke depan untuk keamanan pribadi, handphone dan lain-lainnya sudah saya amankan dari celana. Walaupun sudah melompat ke arah bus, saya hanya kebagian bergelantungan di pintu belakang. Lengan pendekku yang sebelah kiri sudah basah kuyup kehujanan. Sudah tau penuh, supir Buspun tetap saja mengangkut penumpang dari halte selanjutnya. Beberapa orang berhasil masuk, tetapi seorang pegawai kantoran yang bertubuh tinggi itu malah kebagian bergelantungan di pintu tepat di belakang saya. Saya kemudian menoleh ke belakang. Ternyata wajahnya lumayan tampan, dibandingkan kebanyakan orang yang sering saya temui di angkutan umum ini. Nampaknya sisa cukurannya sudah mulai tumbuh lagi sore itu. Ah, gagah sekali Mas ini, pikirku. Tiba-tiba bus mengerem mendadak. Tubuhnya terjungkal ke arahku. Dapat kurasakan hangat tubuhnya menempel pada punggungku. Hmm, aromanya. Benar-benar bau lelaki Jakarta. Campuran aroma tubuh, keringat, parfum yang mulai menghilang, dan bau rokok kretek. Kepalanya sempat bersandar di bahu saya sejenak, pipinya yang kasar dengan sisa cukuran itu serasa mengamplas pipiku. “Maap...” dia berkata. Ketika kepalanya beranjak, hidungnya sempat menyentuh leherku dari samping belakang, seakan hendak menciumi aku. Tak apalah, saya menerima maafnya. Tetapi yang saya tidak mengerti mengapa selangkangannya masih tetap ia tempelkan pada bagian bokongku? Bukannya aku menolak kejadian manis ini, hanya saja kuanggap ini sedikit aneh, apalagi di tempat umum seperti ini. Memang saya mengerti bahwa kebanyakan lelaki adalah oportunis. Mereka akan melahap segala kesempatan yang ada. Dari balik celana kerja saya yang tipis dan berwarna coklat muda itu saya dapat merasakan sebuah perkembangan sedang terjadi. Dari sebentuk daging yang empuk, perlahan-lahan batangnya berubah menjadi sebuah batang pentungan yang sangat keras. Bahkan dari balik celananya itupun ia malah berusaha membuka belahan pantatku dengan ereksinya. Bus berjalan perlahan di tengah kemacetan. Sedikit-sedikit rem dipijak oleh sang supir. Akhirnya saya curiga ia mempergunakan kesempatan itu untuk seakan-akan menyetubuhi saya dari belakang. Saya sendiri heran, mengapa saya diam saja. Apakah saya begitu terpesona oleh wewangian khas tubuhnya? Ataukah kehangatan sandaran batang kokoh itu terlalu mantap menempa pantatku? Terus terang setelah batangnya mengeras tadi, saya pun sempat menengok ke belakang, mencuri pandang pada parasnya yang tampan itu. Wajahnya menampakkan kesan tidak berdosa seperti tidak ada apa-apa yang terjadi. Karena memang kebetulan pintu Bus itupun penuh sesak, ia tidak berusaha memindahkan selangkangannya dari bokongku. Hal itu berlangsung lama sekali, hampir satu jam lamanya mungkin. Sampai pada suatu saat saya merasakan adanya pijaran yang menembus hingga kehangatannya dapat kurasakan pada kulit pantatku. Sial! Ia muncrat di bokongku, pikir saya. Mana hari itu saya memakai celana coklat muda pula, kalau terlihat orang bagaimana? Ketika saya menyadari kebasahan nan hangat itu, saya segera memalingkan wajah saya ke arahnya. Tetapi apa dinyana? Ia sudah turun dari pintu Bus, berjalan ke arah yang berlawanan. Ia sempat membalikkan tubuh dan tetap menampakkan wajah polosnya seakan tak ada yang terjadi itu. Maka dengan ini saya menulis surat kepada redaksi untuk meminta Dinas Transportasi Umum DKI mencarikan siapa pria yang sudah menodai celana saya tadi. Ciri khasnya adalah sebagai berikut: tinggi badan sekitar 180 senti, cukuran brewoknya tidak rata, sangat tampan, dan aromanya sangat merangsang. Ia naik dari halte di depan Wisma D (mungkin kantornya di sekitar sana, harap nama gedung kantor disamarkan oleh redaksi agar ia tidak dikejar-kejar pembaca lainnya). Tas kantornya berbahan kulit berwarna coklat bisa diselempangkan. Semoga ia berkemeja putih seperti yang saya lihat waktu itu. Pada Minggu sorenya, saya masih tetap harus bekerja di mal megah itu. Dari jendela toko saya, samar-samar saya dapat melihat seorang pejabat (Bang Yos?) meresmikan kembali bundaran HI yang tampak cantik dengan permainan air mancur berlapis-lapis yang mengagumkan. Tapi apa bedanya bundaran HI yang lama dan yang baru ya? Selamat Ulang Tahun yang ke 475 Jakarta! Dari Rahmat Terimakasih telah bersedia membaca tulisan sederhana ini. Bila Anda memiliki pesan, kesan atau ide cerita untuk kelanjutan petualangan ini, silakan langsung saja kontak saya di fredbatavia@hotmail.com


###

13 Gay Erotic Stories from Fred Batavia

Agenda Iblis

“Slamet malam Pak... permisi...” Justru seakan tidak menunggu izin dari kami, pemuda tanggung itu langsung saja menggenjrengkan dawai logam gitar bekasnya itu. “Cilakak-nya hanya kaulah yang benar-benar aku tunggu...” nada yang tidak buruk itu ia selewengkan dari sebuah lagu yang sedang populer pada waktu itu. Sebuah grup band domestik papan atas baru saja merilisnya. Dengan berwajah

Bayangan Corcovado Bag.1

Due to international translation technology this story may contain spelling or grammatical errors. To the best of our knowledge it meets our guidelines. If there are any concerns please e-mail us at: CustomerService@MenontheNet. Part 1. Welcome to the Club. DUBRAK. “Wah, maap ya… tadi saya terburu-buru jadi ngga ngeliat.” “Oh ya ngga papa lah.” “Eh, tau dimana tempat daftar klub

Bayangan Corcovado, Bag 2

Part 4. Corcovado. DEG. “Duh smoga tadi dia gak sadar…” pikir Jon-jon dari sofanya. Beberapa menit kemudian Darwin yang duduk dilantai bergeser mendekati Jon-jon. Pundaknya menyentuh lutut Jon-jon. DEG. “Aduh… ngapain sih deket-deket…” Jon-jon mulai mengeluarkan keringat dingin. Sake yang dia bawa tadi sudah habis sampai 4 kaleng diantara mereka. “Uaaaaaahhhhhhhhhhhhh…. Ngantuk

Bayangan Corcovado, Bag 3

Part 7. Problema. Tanpa disangka saat itu pula Darwin terbangun, menyaksikan pemandangan spektakuler di depan matanya. “Hmppp…..” CPROT. “Srrrp. Dar…. So… sorry banget……. This is not what you think I am doing…….” Barang keperkasaannya masih kokoh menggeliat di dalam mulut Jon-jon. Dengan sigap Darwin menepiskan tubuh Jon-jon dari sisinya. Kemudian tergesa-gesa ia mengumpulkan

Misteri Siluman Terbang, Bag 1

Sidenote: Terus terang saja karangan yang saya buat ini tidak berisikan hal yang berbau porno. Tetapi mungkin beberapa karakter gay yang di-“pekerjakan” kembali dari kisah “Bayangan Corcovado” dapat menjadi penghibur hati dalam kisah misteri ini. Bagi yang belum pernah membacanya, Bayangan Corcovado, mungkin dapat lebih memperkenalkan karakter-karakter dalam tulisan ini. Enjoy. Fred.

Misteri Siluman Terbang, Bag 2

Part 5: Rahasia Lukisan. Satu jam kemudian Kapten Polisi Jose Gomez mengetuk kamar mereka. “Selamat malam Pak, saya mendapat surat perintah (ia memberikan surat itu pada Jon-jon) untuk membawa Saudara Ben Figeroa ke kantor kami malam ini” “Lho… lho kenapa Pak?” “Pasalnya pemilik perkebunan sudah memberi tahu kepada yang bersangkutan untuk tidak memasuki wilayah ini dan tidak

Selamat Ulang Tahun ke 475 Jakarta!

For my pal, B, hope you enjoy it! Kejadian lucu yang menimpa kawan saya si B tadi, tentu saja disajikan dengan bumbu fiksi sedikit terlebih dahulu sehingga dapat lebih menghibur. Nama dan lokasi sudah diubah. Kepada Redaksi yang terhormat, Pada kesempatan ini, saya, Rahmat, ingin mengucapkan Selamat Ulang Tahun yang ke 475 kepada ibukota Jakarta yang telah menjadi rumah saya selama

Tentang Paidjo 01: Genesis

Due to international translation technology this story may contain spelling or grammatical errors. To the best of our knowledge it meets our guidelines. If there are any concerns please e-mail us at: CustomerService@MenontheNet. Perkenalkan kawan-kawan, nama saya Paidjo. Sebenarnya namaku yang sebenarnya adalah Ade Marjo alias Ade anaknya Pak Marjo. Karena di kampung saya tidak ada yang

Tentang Paidjo 03: Melaut

Sidenote: Paidjo is back for more! Terimakasih kepada seorang pembaca yang telah memberikan ide untuk penulisan bagian ketiga ini. Fred. (Garis Pembatas Jeda……..) “Gawat ini, saya harus berbuat sesuatu” pikirku. “Sini dulu lho Dik, jangan ngenyot terus lah…Lihat itu bibirmu semakin hari jadi semakin merah dan tipis” “Ya bagaimana Mas? Orang botol susunya berurat kencang dan besar

Tentang Paidjo 04: 1939

Kerlipan cahaya petromaks dari kapal nelayan dan rumah penampungan ikan di pelabuhan semakin terlihat. Denyut nafas merekapun semakin tersenggal-senggal. Sering kali memang hal ini dirasakan para pria pada umumnya. Walau benak tak mengijinkan, napsu birahi dimenangkan di atas segalanya. Kelaminnya yang masih mengeras di dalam rongga sempit itupun mulai ia panaskan kembali bak mesin

Tentang Paidjo 05: Karl

Bergegas ia mengemasi pakaiannya untuk segera memberi penghormatan pada ayahnya di kampung. Ketika ia tiba di ruang jamuan Keluarga Suryo, keduanya nampak prihatin dengan berita buruk ini. “Pak, Bu, saya pamit untuk pemakaman ayah di kampung…” “Baiklah Nak, mobil sudah saya suruh berjaga di depan…” “Saya naik kereta saja Pak, setelah itu akan ada dokar yang menjemput dari kampung

Tentang Paidjo 06: Invasi

Sesuai janjinya Karl datang tepat pukul 10 di pagi hari Sabtu itu. Suara deru sepedamotor perang itu seperti gelegar petir yang mengacaukan keheningan kompleks kediaman keluarga Suryo. “Hai apa kabar?” sapa Paidjo. “Semuanya baik Paidjo, saya rindu sekali padamu....” “Iya saya juga Karl, gimana? Mau pergi sekarang? Tapi filmnya khan baru diputar jam satu siang nanti?” “Gak papa...

Tentang Paidjo, Bag.2: Obsesi

Cuplikan dari, Bag 1: Ketika ia membuka kelopak matanya, sarungnya telah tersingkap. Paidjo sedang sibuk membersihkan hasil yang tersisa di kepala kemaluannya dengan lidah kecilnya yang berbakat. Batang zakar yang melemas itu terus ia jilati, begitu pula dengan kedua buah kelelakian yang hangat itu. “Mas… burungmu itu benar-benar enak untuk disantap, apalagi dengan akhiran saus putih

###

Web-01: vampire_2.1.0.01
_stories_story