Gay Erotic Stories

Tidak ada masalah bagiku dan juga bukan urusanku apakah Mas Tommy pindah dan menetap di apartemen Bang Abdul atau tidak.Kenyataannya,aku toh hanya pembantu rumah tangga, alias kacung, alias jongos Bang Abdul.Jadi,kewajibanku adalah melayani Bang Abdul dan melaksanakan perintah-perintahnya dan sekaligus juga merasakan hajaran pecutnya [tanpa alasan] jika dia lagi berselera menyiksa orang.

"Erik! Telanjang!", perintah Bang Abdul, kalau dia mau menghajar aku.Aku tak punya alasan untuk menolak.Mau tidak mau aku harus melepaskan semua penutup badanku,telanjang bulat, berlutut dengan kedua tangan keatas seperti seorang tawanan,lalu merasakan hajaran pecutnya : JEPPRETT! JEPPRETT! JEPPRETT!, bisa puluhan kali!Nyeri, perih, pegal rasanya tubuhku dihajar cemeti oleh Bang Abdul.

Bang Abdul menghajarkan pecutnya sambil berdiri di arah belakangku.Bagian-bagian tubuh yang jadi favorit untuk sasaran pecutnya adalah punggung, bokong, betis, dada, perut dan paha.Kalau Bang Abdul melecut dadaku, dia selalu berusaha keras mengenai puting susuku. Tidak heran jika puting susuku sering pecah,luka berdarah jika dikenai ujung pecutnya.Karena Bang Abdul selalu melecut-kan cemetinya dengan ayunan sekuat tenaga dan otot tubuhnya!Bahkan aku sampai pernah jatuh ter-jerembab kedepan, karena kerasnya ayunan pecut-nya ke punggung dan bokongku. Melihat aku jatuh terjerembab, Bang Abdul malah seolah makin ber-nafsu menghajarkan pecutnya sekeras-kerasnya dan sekenanya. Susah payah aku berusaha bangkit ke posisi berlutut dengan lengan diangkat ke atas seperti tawanan. Aku wajib berada dalam posisi itu kalau sedang dihajar atau disiksa Bang Abdul [tanpa alasan].

Kalau sudah puas menyiksa Bang Abdul menghenti-kan lecutannya dan dengan kasar akan mengata-kan :"Bangkit kau anjing!Sana kerja lagi kau!"

Dia menyuruh aku bangkit dan kerja lagi. Sering kali aku terhuyung-huyung, nanar dan kesakitan, setiap habis dihajar atau disiksa Bang Abdul. Tubuhku penuh lebam dan lecet berdarah akibat lecutan-lecutan keras itu! Bang Abdul tak pernah peduli dengan luka-lukaku. Terkadang luka itu terinfeksi sehingga aku demam menggigil malam harinya sesudah kena hajar pecut Bang Abdul!

Sudah biasa aku dipanggil oleh Bang Abdul dengan kata-kata:anjing,babi,bangsat,setan atau sebutan-sebutan lainnya yang kasar dan menghinakan! Tapi hinaannya tak pernah aku masukkan dalam hati.Aku sayang Bang Abdul, aku cinta Bang Abdul, Karena itu diapakan saja tidak masalah bagiku! Bahkan kalau Bang Abdul berselera membunuh aku pun, aku siap dan aku bersedia membuat surat wasiat yang menyatakan aku tidak menuntut dia!

Bang Abdul kalau dirumah memang selalu telanjang bulat. Jadi,dia menghajar aku pun dalam keadaan telanjang bulat. Dia suka menyuruh aku menghadap cermin waktu menghajar aku. Dengan demikian dia bisa menikmati guratan wajahku yang kesakitan dan gelinjangan tubuhku yang kepedihan sewaktu dicambuk.

Kalau belum puas menggunakan cambuk biasa, dia tanpa ragu, mengambil potongan kabel antena TV untuk mencambuk aku. Rasanya tidak pedih lagi tapi sakit dan pegal! Kadang-kadang, kalau punya waktu, Bang Abdul memberikan siksaan lain yang lebih kejam seperti menempeli pahaku dengan besi yang baru dipanaskan atau menyetrum kontolku dengan listrik.Kalau dia mau menyetrum kontolku dia akan memerintahkan dengan kasar:

"Telentang kau, anjing!",aku disuruh terlentang [telanjang bulat],lalu Bang Abdul jongkok masih telanjang bulat dengan enteng dia memasangkan elektroda ke bagian bawah lobang kencingku, lalu aliran listrik di-"on"-kan rasanya bergetar di kontolku dan mengagetkan, nyeri seluruh tubuh-ku, sampai aku kejet-kejet macam orang baru ditabrak mobil.

Bang Abdul senang melihat keadaanku seperti itu. Kontolnya tampak ngaceng ketat.Kepala kontolnya jadi merah-ungu berkilat-kilat, ujung lobang kencingnya basah oleh mazie, karena dia amat keasyikan menyiksa aku, nafsu sadisnya tergerak. Wajahnya yang tampan, kelaki-lakian, dan sadis tampak tersenyum senang :

"Jangan bergerak kau, babi!",katanya, membentak melihat aku menggelinjang waktu kontolku kena setrum. Lalu dia melecuti dadaku dengan cambuk sekeras-kerasnya! Aku jadi menggeliat kesakitan karena kontolku disetrum sambil badanku dipecuti amat keras!

Sering juga elektroda itu ditempelkan ke puting susuku, biji peler, ketiak, atau lobang pantat. Kalau dimasukkan ke lobang pantat, aku langsung mules. Pernah juga pejuhku keluar meleleh karena elektroda itu diarahkan ke kelenjar prostat-ku dari arah lobang pantatku. Tanpa terasa pejuhku keluar meleleh! Padahal kontolku tidak ngaceng.

Kalau baru disetrum,seluruh badanku terasa lemah, tapi Bang Abdul tak perduli.Seringkali dia malah mencambuki aku agar aku segera bangkit.Dia juga tidak ragu menendang atau bahkan meludahi aku sambil menista :

"Bangkit kau, anjing! Jangan jadi pemalas!"

Kalau aku sedang disiksa oleh Bang Abdul dan Mas Tommy ada di rumah Bang Abdul, Mas Tommy tidak pernah peduli. Bahkan lebih sering Mas Tommy membantu Bang Abdul ikut-ikutan menyiksa aku.

Mas Tommy adalah adalah penyiksa ulung yang kreatif. Hobbynya menjepit puting susu, kulit kontol, kulit biji peler dengan bermacam-macam penjepit, mulai dari jepitan untuk jemuran baju, jepitan kertas atau bahkan tang.Sakitnya bukan main kalau puting susuku dijepit dengan tang dan hampir pasti akan pecah berdarah!

Mas Tommy juga senang menetesi kontol dan biji pelerku dengan lilin panas. Menyundutkan rokok menyala ke perutku juga sering dilakukan sang cowok yang ganteng itu. Dia juga sering dengan sengaja membakar jembut atau bulu ketek dan bulu kakiku dengan lilin menyala.

Sesudah puas menyiksa aku, keduanya langsung mengocok kontolnya sampai pejuhnya keluar dan dengan sengaja memuncratkan pejuh mereka ke arah mulut dan wajahku.Setelah itu, mereka juga suka mengencingi tubuhku!

Terkadang,dalam keadaan aku lemas dan berlumuran darah sehabis disiksa, aku masih juga dipaksa menjilati dan mengisap kontol kedua cowok yang hebat itu [penyiar TV] dengan mulutku!

Kalau pejuh mereka muncrat aku wajib mengisap dan menelan ke dalam perutku. Bahkan kalau pejuh mereka berceceran di lantai aku harus menjilati lantai itu dengan lidahku sampai lantai bersih dari pejuh kedua penyiar TV yang ganteng tapi sadis tak berperikemanusiaan itu!

Setiap kali torture session [acara penyiksaan] maka tubuhku akan penuh dengan bilur-bilur dan lebam, lecet berdarah-darah, serta berlumuran pejuh,air kencing,ludah Bang Abdul dan keringat-ku sendiri.

Setiap habis disiksa berat seperti itu, aku akan terhuyung-huyung, telanjang bulat masuk ke kamar mandi untuk membersihkan badanku.Setelah itu aku masih harus membersihkan kamar siksa yang penuh air kencing, pejuh, darah dan ludah itu.

Apartemen yang disewa Bang Abdul telah dibuat kedap suara. Sehingga Bang Abdul dan Mas Tommy bisa leluasa menyiksa, menghajar, dan mencaci maki aku sepuas-puas mereka dan sekeras-kerasnya tanpa bisa terdengar oelh tetangga di apartemen sebelah.

Jika kamar siksa tidak kedap suara maka suara pecut JEPPRETT! JEPPRETT! JEPPRET! atau CEPRET! CEPRET! CEPRET!, bisa menarik perhatian tetangga!

Bang Abdul dan Mas Tommy juga "hobby" menyiksa aku sambil aku disuruh bekerja. Mula-mula aku disuruh telanjang bulat dulu, lalu aku disuruh memasang rantai di kedua pergelangan tangan dan kakiku. Setelah itu aku disuruh mengepel lantai seluruh apartemen Bang Abdul sambil tidak putus-putusnya mereka berdua menghajarkan pecut mereka ke tubuhku yang sedang mengepel lantai sambil merangkak dan bertelanjang bulat itu.

Tentu mereka melecutkan cambuk sekeras-kerasnya dengan kekuatan otot laki-laki mereka,sementara mereka berdua juga telanjang bulat. Kalau Bang Abdul dan Mas Tommy sedang menyiksa aku sambil telanjang bulat, aku bisa melihat bahwa kontol mereka ngaceng berat sampai tegak menempel ke dinding perut mereka bagian bawah[yang ditumbuhi jembut] dan kepala kontol mereka [glans penis] tampak merah ungu berkilat-kilat, artinya mereka amat menikmati kesadisan menghajar seorang laki-laki macam aku - mungkin aku sedang diangap budaknya!

Akibatnya sudah jelas, yaitu tubuhku bercucuran keringat yang bercampur darah segar. Lebam, lecet akan tampak di sekujur tubuhku akibat siksan mereka. Itu masi ditambah dengan sundutan rokok menyala, tempelan besi panas.Karena itu tubuhku juga penuh lepuh yamg muncul di kulit bekas sundutan rokok atau tempelan besi panas mereka.

Guratan wajahku yang kesakitan dan gelinjangan tubuhku yang kaget dan kesakitan setiap lecutan mereka mengenai kulit tubuhku justru seperti makin memberikan semangati mereka berdua untuk menghajarkan pecut mereka lebih sering dan lebih keras lagi. kadang-kadang tubuhku tak kuat lagi menahan hajaran kejam kedua penyiar yang ganteng dan sadis itu. Aku tergelimpang pingsan, semaput tak sadarkan diri. Waktu aku sadar, aku dapati aku masih berada dilantai,telanjang bulat.Pasti di sekujur tubuhku penuh ceceran pejuh dan air kencing mereka!

Mereka tidak menolong atau mengurus aku yang hampir sekarat akibat disiksa di luar batas peri-kemanusiaan itu.Bahkan lebih sering mereka pergi keluar rumah meninggalkan aku sendiri berlumuran darah!.Yaitu setelah tubuhku diceceri muncratan pejuh mereka - hasil onani mereka - karena puas menyiksa aku dan lalu mengencingi tubuhku.

Ah! Bang Abdul dan Mas Tommy [dua penyiar] yang ganteng tetapi kejam dan sadis luar biasa dan ahli menyiksa!

[Ta'i!]