Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

Titipan Boss

by Andre


Aku mengenal Revo sebagai anak bossku. Dia sering maen ke kantorku sambil jemput bokapnya pulang. Oleh karena itu aku sering melihatnya di kantor, entah baca koran sambil nunggu bokapnya, atau ngobrol dengan anak-anak buahku yang tentunya juga anak buah bokapnya. Selama itu hubungan kami biasa-biasa saja, maksudnya tidak lebih dari sekedar saling tegur kalau aku keluar ruangan. Biar bagaimanapun aku kan harus berbasa-basi juga dengan anak boss. Nggak pernah lebih dari itu. Maklumlah, aku merupakan orang yang tidak terlalu mudah berakrab ria dengan orang lain. Namun ceritanya jadi lain ketika ternyata belakangan Revo membuat perusahaan dengan teman-temannya dan berniat jadi rekanan di kantorku. Sebagai anak boss, tentu aku harus membantunya. Apalagi bossku sudah titipin Revo ke aku supaya bantuin Revo, termasuk memberi order kerjaan kalo ada. Alasannya ingin mempersiapkan Revo supaya bisa mandiri, sebab ayahnya akan memasuki pensiun 8 bulan lagi. Sebenarnya dalam hati kecil, aku merasa janggal dan enggak enak hati. Kok dijaman reformasi seperti ini masih ada yang berniat KKN dengan memasukkan anaknya jadi rekanan. Tapi yah sudahlah, dengan tulus aku bantu mengurus ini itu. Karena sering cari informasi, kami jadi sering ketemu dan ngobrol. Apalagi Revo sepertinya tipe anak papi yang segala sesuatunya minta diurusin dan dibantuin. Jadi setiap ada kesulitan pasti masuk keruanganku dan tanya ini-itu. Hal ini lah yang membuat kami jadi lebih dekat. Apalagi dia memanggilku dengan sebutan mas. Memang umurnya hanya 3 tahun dibawahku Sejak menjadi rekanan, aku mulai sering memperhatikan penampilan yang Revo mulai berubah, mulai rapi dan sering berdasi, membuat penampilannya menjadi lebih menarik dan ganteng. Namun tetap saja kesan sebagai anak papi tidak bisa ditanggalkan. Suatu ketika, pas lagi jam istirahat siang, aku masih asik diruangan kerja. Aku memang selalu makan siang di ruanganku sendiri, tidak ke kantin seperti yang lain. Jadi suasana kantor sepi. Jam-jam seperti ini biasanya aku manfaatkan buka situs-situs gay di internet. Monitor komputer memang aku tempatkan di sisi kiri, sehingga posisi pintu masuk ke ruang kerjaku menjadi berada di belakangku dan untuk melihat siapa yang masuk aku harus membalikkan badan. Suasana kantor yang sepi membuat aku begitu asik sampai sampai tidak menyadari kehadiran Revo di ruangan kerjaku. Aku masih terus asik melihat gambar cowok-cowok bugil sampai aku tersadar dan kaget ketika tiba-tiba Revo ngomong, "….Wah asik tuh mas gambarnya, ada yang lain nggak?…" Deg.. jantungku serasa copot mendengar suara seseorang yang ternyata sedari tadi ikut nimbrung melihat situs-situs yang aku buka. Aku tidak tau sudah berapa lama Revo ada diruanganku, namun yang jelas aku jadi salah tingkah karena takut ada yang tahu siapa aku sebenarnya. Kubalikkan badanku dan terlihat Revo berdiri di depanku disisi meja sambil terus melihat ke layar monitor. Melihat ekspresinya yang sepertinya ikut menikmati, aku mulai menguasai diri dan mencoba bersikap tenang meskipun dadaku masih berdebar karena kepergok oleh orang lain. "….. Ehm.. Revo… ehm… kamu udah datang .. eh udah lama..?" "Mas, senang liat gambar-gambar begini?…" Aku nggak bisa jawab ya atau tidak, tapi kujawab aja sekenanya. "Ehm… kebetulan aja .. lagi iseng…Vo …" "Mas, coba liat gambar yang tadi…, "pinta Revo ketika melihat gambar 2 orang cowok yang sedang action di layar monitor. Untuk memperjelas penglihatannya, Revo membungkukkan badannya ke arah monitor, menyebabkan wajahnya hanya beberapa centi dari wajahku. Kuperhatikan wajahnya dari samping, pipinya yang mulus, hidungnya yang agak mancung dan bibir yang mungil. Hal ini membuatku bergairah, dan tiba-tiba saja entah apa yang mendorongku, kuelus pipinya sambil sedikit mendorong lebih dekat ke wajahku. Kuelus tangan kirinya yang berada di kursiku dan kucium pelan pipinya. Revo masih asik dan karena terpesonanya melihat gambar cowok-cowok yang lagi fucking, ia tidak menyadari apa yang aku lakukan. Kudekatkan hidungku ketelinganya, menyebabkan udara panas dari hidungku menerpa telinganya, sambil berguman pelan… "daripada liat gambar, mending ngelakoninya, Vo…" Rupanya Revo mendengar ucapanku, menyebabkan ia menoleh ke arahku, dan wajahnya tepat didepanku. Dengan badan yang masih membungkuk dipandangnya mataku dan tanpa ada yang memberi komando, tiba-tiba saja bibirnya sudah menyentuh bibirku. ... saat itu juga entah magnet apa yang menarik kita berdua dalam ciuman lembut...ciuman pertamanya yang tak akan pernah aku lupakan kubalas ciumanya dengan penuh nafsu. Aku sudah tidak peduli lagi siapa Revo dan segala resiko yang harus kutanggung bila ada yang melihat kejadian itu. Bibirnya memagut bibirku dan kami saling berciuman dengan lembutnya. Kupermainkan lidahku dimulutnya, dan ia membalas walau masih dengan rasa ragu. Namun perlahan ia mulai terasa rileks. Cukup lama kami saling mempermainkan lidah, akh indahnya ….., ciumannya tak lepas dari ku, aku menikmati Fench kiss itu. Aku mencoba bangkit dari dudukku. Kubaringkan dirinya di atas mejaku sambil terus memeluknya. Belaian lidahnya didalam mulutku, kurasakan gelora nya, dan dia semakin menggila dengan permainan bibirnya. Aku melihat dia begitu menikmati ciuman itu. Bibir dan lidahnya yang berdansa dalam mulutku, Aku mulai membuka dasi dan kancing bajunya , tangannya yang halus di gosokkannya ke tubuhku, aku kegelian dan menikmati kegelian itu. Aku mulai memainkan lidah ditubuhnya, ditelinga, di leher, di puting susunya, kuhisap, begitu lembutnya. Aku begitu menikmati tubuh itu. Ku lihat kesabaran dirinya, untuk tidak langsung ke bahagian lain,. Ia menikmati jilatan itu. Ia sudah begitu horny dan hampir mencapai puncaknya. Revo mencoba untuk membuka pakaianku, tetapi aku akal sehatku segera sadar apa yang telah kami lakukan dan dimana kami berada. Aku mencoba menahan tangannya, "jangan .. Vo", kataku sambil tersengal, "nanti ada yang lihat… " "Mas, kunci pintunya … " pintanya memohon dengan mata yang penuh pengharapan. "Mas, .. oh…. Mas …. Teruskan …. " dia masih terus mendesis menahan birahi yang terus memuncak. Aku tak tega melihat wajah itu. Kutarik tangannya untuk berdiri dan membimbingnya perlahan ke sofa disudut ruang kerjaku. Kami berjalan sambil terus berciuman. Kubaringkan tubuhnya di sofa. Untuk memastikan rasa aman, kukunci pintu ruang kerjaku, dan kugantung gagang telepon sehingga kami tidak terganggu dengan dering telepon yang masuk. Paling tidak, orang di luar pasti mengira aku masih on line. Setelah kurasakan aman, kami langsung mulai. Sekarang kita bebas ... Kami duduk di sofa. Tanganku meraba paha Revo. Dan tangan Revo kurasakan di paha ku juga. Sekarang tak usah berbicara lagi. Sekarang tak usah memikirkan lagi apa yang sebaiknya dilakukan. Semuanya sekarang dikendalikan emosi kami. Sambil saling meraba paha, kami saling menatap dengan mata. Dan tiba-tiba bibir Revo mendekati bibir ku lagi.. Seperti tadi di atas meja, lidah kami saling mengulum. Saya jatuh ke belakang, sekarang saya berbaring di sofa, kepalaku berada diatas lengan kursi. Badan Revo diatas badanku . Lidahnya didalam mulut ku. Tanganku mulai meremas pantatnya lagi. Sayang sekali dia masih pakai celana. Aku ingin sekali meremas pantatnya yang telanjang. Tetapi sebelum aku bisa mulai mencopot pakaian Revo, aku yang lebih dahulu ditelanjanginya. Dia membuka dasi dan kemeja yang ku pakai. Sekarang aku telanjang dada. Revo ternyata terangsang melihat aku begitu. Ia meraih kepalaku dengan kedua tangannya, dan menciumi setiap jengkal dagaing wajahku...aku menggeliat saat ia menjilat kuping dan tengkukku,...tangannya terus kebawah dan mencoba meraba penisku. Nafasnya kuat sambil lidahnya turun dari mulut lewat leher ke dada ku . Tiba-tiba bibirnya sudah ada di puting susuku ... Wah ... enak sekali rasanya ... saya mulai merintih ... " Oh...eh ...oh yah...mhm.. oh, Revoooo ..." Revo tidak berhenti. Dia terus menjilati puting ku, menggigit sedikit, menjilati dada lagi. Akhirnya lidahnya turun ke bawah lagi... Dia membuka celana panjang yang ku pakai. Sekarang aku hanya pakai celana dalam saja. Revo mebukanya sedikit..hanya sedikit...Jembut di pangkal kontolku sudah kelihatan. Jembut itu dibasahinya dengan lidahnya. Wah .. ternyata Revo tahu apa caranya untuk merangsangkan cowok! Selama ini saya kira dia masih naif, paling tahu bagaimana main sendiri. Ternyata dia pintar sekali. Umurnya baru 25, tetapi pengalamannya pasti sudah banyak ... Tetapi .. bagus juga kalau begitu, enak juga menikmatinya. Aku merasa ... sebentar lagi dia akan mencopot celana dalam ku. Pasti dia ingin melihat kontol ku yang sedang ngaceng ... Oh, aku hampir tak sabar lagi. Kapan dia akan membuka CD ku juga? Belum lagi! Sekarang lidahnya pindah ke paha ku... dijilatinya, dan ... wah, lidahnya masuk kebawah celana dalam, biji pelir ku dijilatinya juga! Wah .. ada lidahnya di buah pelir ku. Enak sekali rasanya! Aku merintih lagi, merenggangkan paha, dan mengangkat pinggul. Sejak mulai main, kami belum berbicara lagi. Tiba-tiba Revo mengangkat kepala. Aku mendengar suaranya: "Mas, sekarang Revo ingin melihat lagi apa yang tersembunyi disini!" Dan sambil tersenyum, dia mencopot celana dalam ku . Sekarang aku bugil. Telanjang bulat. Kontol ku yang ngaceng dan keras kelihatan. "Sekarang tak ada yang tersembunyi lagi", kata ku . Revo tidak menjawab. Revo memang tidak bisa menjawab ... Beberapa detik setelah melihat titit ku dia mulai mengulumnya. Kontol ku sampai pangkalnya didalam mulutnya. Aku bergoyang dengan pinggulku ... Lidahnya terasa di kepala kontolku. Aku benar-benar menikmatinya. Sambil mengulum kontol, Revo membelai biji pelir dengan jarinya. Dan karena aku merenggangkan paha lagi, jarinya pelan-pelan ke bawah lagi. Wah, sekarang jarinya diantara paha ku, sekarang sudah di pantat .... Pada saat itu saya merintih kuat ... "ooh..ehh...yaaaah .... Revooooo". Karena saya merintih kuat, kiranya saya sudah menjelang orgasme. Dia berhenti mengulum kontol saya. Sekarang dia menjilatinya ... mulai dari kepalanya .. terus sampai pangkalnya ... terus sampai biji pelir. Dan jarinya selalu saya rasakan di pantat saya... Memang enak sekali dilayani begitu, tetapi aku ingin "bekerja" juga. Aku mau melihat Revo di keadaan telanjang bulat juga. Makanya aku duduk dan membuka bajunya. Revo hanya tersenyum. Matanya menatap ku. Wah ... kalau dipandang begitu, jantung ku berdebar lebih cepat lagi... Sebelum kontolnya aku ingin menikmati pentilnya, kemejanya aku buka kancing demi kancing . Revo hanya memandang diam melihat kemejanya ditanggalkan dia menurut saja . Dadanya yang putih dihiasi pentilnya yang tegang berwarna coklat tua . Pentilnya aku kocok, hingga makin keras Sekarang Revo telanjang dada. Seksi benar badannya.... Aku langsung mulai menjilati dadanya. Sekarang aku menjilati putingnya. Dan ternyata dia menikmatinya juga. Makanya aku lama bermain di pentilnya... Tetapi aku ingin menjilati semua badannya ... bukan hanya dadanya saja. Makanya lidah ku turun kebawah lagi.... ke perut ... Sambil perutnya ku jilati, tangan ku membuka celananya.... Revo membantuku membukakan kancing celananya dan memperlihatkan kontolnya setengah tegang dibalik cd putihnya . Bau khas cowo mulai tercium, membuat aku ngak sabar untuk melihat isinya. Celana panjangnya dijatuhkan kelantai sekarang dia hanya memakai cd, pantatnya yang gembul membulat tercetak oleh cd-nya Sekarang Revo hanya pakai celana dalam. Ada yang menonjolkan didalam celana ini. Tentu aku ingin melihatnya... Tetapi ada yang lain yang aku ingin melihat lebih dulu. Makanya ku minta Revo menelungkup... Baru sekarang aku mencopot celana dalamnya. Wah ... bagus sekali pantatnya. Aku amat terangsang melihatnya. Tangan ku langsung mulai meremas-remas. Revo merintih nikmat sambil bergoyang-goyang dan sambil merenggankan kedua pahanya lebar-lebar biar semua bisa ku lihat ... biji pelirnya, bulu-bulu dibelakang bijinya, lubangnya ... semua kelihatan. Tanganku meraba-raba pantatnya, jari ku membelai buah pelirnya dari belakang, dan lidah ku sibuk juga di bijinya dan di pantatnya ... sampai nafasnya makin lama makin kuat. Sekarang Revo merintih seperti yang aku lakukan tadi: " ooh, eeeh, Mas, teruuus, mmhm ...enak ... jangan berhentiiiiii ... teruuuuus!" Ternyata dia paling suka merasakan lidah ku di pantatnya dan di lubangnya... Tetapi .. aku mau melayani bagian badannya yang lain juga .. Kubalikkan badannya. Kontolnya ngaceng dan keras. Bagus bentuknya : kepala kontol yang besar dan merah ... pangkalnya yang panjang ... biji pelirnya ... jembut yang belum begitu lebar .. Kulit Revo memang halus dan bersih ... dan itu yang aku sukai. Melihat semua itu, nafsu ku tak bisa dikendalikan lagi. Aku langsung mulai mengulum kontolnya. Pada saat kontolnya masuk ke mulutku , badannya gemetar. Aku putar lidahku mengelilingi kepala kontolnya. kemudian aku berhenti di bagian lubang keluar maninya, dan aku mainkan lidahku di lubang itu. Tak kusangka ternyata dia mengalami kenikmatan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya, sehingga dia menggelinjang kenikmatan dan mengeluarkan lenguhan yang tertahan. "Oooh...enak sekali ... Mas, teruus, kuatlah, ooooh ..." Kontolnya sampai pangkalnya didalam mulut ku . Sambil mengulum tititnya, aku melihat perutnya yang bergoyang, aku merasakan kedua kakinya diatas pundak ku ... Supaya Revo tidak terlalu cepat mencapai puncak nikmatnya, aku berhenti dulu. Sekarang aku menjilati kontolnya. Lidah ku mulai di kepala kontolnya ... turun kebawah .. ke biji pelirnya ... antara pahanya. Kemudian keatas lagi.... Kontolnya kucium lagi pucuknya kemudian...masuk ke mulutku...kuhisap dengan sekuat tenaga dia menggelinjang dan melenguh dengan suaranya yang serak-serak basah. "Ooouuggghhhh....sssttttt...ssssshhhhhhh......aaaaaakkhhhhhh..." Aku semakin bernafsu menghisapnya hingga basah. Revo menggeliat-geliat kenikmatan. Revo terlihat mengejang, tangannya meremas-remas rambutku. Nampaknya dia akan mencapai klimaks. Dadanya turun naik menahan nafsu yang memuncak, "mas.. aku mau keluar…." Aku terus mengulum kontol itu, 5 menit berlalu sampai pertahanannya runtuh dan menyemburkan mani. Semburan air maninya memancar kuat beberapa kali …. Crot ….crot… crot … crot… crot…. Kutelan sperma itu dengan beberapa kali tegukan sambil terus menjilat kontolnya sambil bersih. Setelah mereda, ia terdiam beberapa saat menikmati sensasi itu. Kupeluk tubuhnya, namun tangannya segera meraih kontolku, tubuhnya membungkuk dan mulutnya diarahkan ke kontolku. Rupanya ia ingin memuaskan ku juga. Entah berapa lama dia terus mengulum dan menjilat kontolku yang sedari tadi ngaceng. Aku semakin hanyut dalam kenikmatan. Dibelainya kontolku dengan lidahnya, dijilatinya, akh aku senang sekali, kemudian dia mengangkat panggulku, sehingga kakiku ke atas membentuk huruf V, dimainkannya lidahnya diselangkanganku. Dijilatinya kontolku, anusku, akhhhh tempat yang paling sensitive yang enak sekali kalau disentuh dengan lidah akhhhh betapa nikmatnya, aku senang sekali. Mulutnya kembali kekontolku, mungkin karena ia begitu pandai memainkan lidahnya atau karena ada sedikit rasa kawatir karena kami melakukannya di kantor, tidak berapa lama kemudian aku mulai merasakan desakan air maniku untuk segera keluar. Kutahan suaraku agar tidak terdengar ke luar ruangan. Dan kontolku segera memancarkan cairan kenikmatan yang sedari tadi kutahan untuk keluar. Revo menjilati kontolku dan menelan sperma ku dengan lahapnya. Dia masih terus menjilati kontolku sampai bersih. Aku kemudian bangkit dan membereskan pakaianku yang sudah tercampak di lantai. Tidak banyak waktu yang tersedia untuk menikmati sisa-sisa kenikmatan karena sebentar lagi jam istirahat siang yang hanya satu jam hampir habis. Revo juga mengikuti tindakanku sambil sesekali dia memandang ke arahku sambil tersenyum…. Sejak saat itu, aku dan Revo semakin akrab. Namun kuingatkan dia agar bisa menjaga tindakannya di kantor supaya tidak ada yang curiga. Ada perasaan kawatir yang muncul mengingat dia adalah anak bossku. Kalau bossku tahu, entah bagaimana kondite ku nanti pada saat penilaian hasil kerja. Namun perasaan itu segera terpupus setiap kali Revo datang. Dia begitu manis untuk ditolak. Namun aku juga tidak begitu bodoh untuk melakukannya di kantor lagi. Kami cari tempat yang aman. Lagi pula, kupikir, toh bossku 8 bulan lagi akan pensiun. Berarti tidak lama lagi status Revo bukan lagi anak bossku. Kupikir, pandanganku ini hanya untuk pembenaran tindakanku saja. komentar dan saran : And_re@satumail.com Due to international translation technology this story may contain spelling or grammatical errors. To the best of our knowledge it meets our guidelines. If there are any concerns please e-mail us at: CustomerService@MenontheNet

###

Popular Blogs From MenOnTheNet.com

Please support our sponsors to keep MenOnTheNet.com free.

2 Gay Erotic Stories from Andre

Adoro Essa Danca

Sabado a noite, sem nada pra fazer, resolvo ir numa disco. Chamo uns amigos e o programa esta acertado. Eramos num total de 5 por isso fomos em dois carros. Comeco a dancar e logo reparo num gatinho que danca perto de mim. Louro, olhos azuis, corpo sarado, tudo o que sempre sonhei. Disfarco porque meus amigos nao sabem que sou bi. Noto que o carinha tambem me olha. fico

Titipan Boss

Aku mengenal Revo sebagai anak bossku. Dia sering maen ke kantorku sambil jemput bokapnya pulang. Oleh karena itu aku sering melihatnya di kantor, entah baca koran sambil nunggu bokapnya, atau ngobrol dengan anak-anak buahku yang tentunya juga anak buah bokapnya. Selama itu hubungan kami biasa-biasa saja, maksudnya tidak lebih dari sekedar saling tegur kalau aku keluar ruangan. Biar

###

Web-04: vampire_2.0.3.07
_stories_story