Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

Persahabatan Tiga Abg Gay (6)

by Chatyayuga


PENGANTAR: Cerita berikut ini merupakan pengalaman hidupku, sewaktu aku masih sekolah di sebuah SMU di Malang Jatim. Tentu saja nama-nama yang ada dalam cerita ini bukanlah nama sebenarnya. Jalan ceritanya -terutama adegan sex-memang banyak mengalami improvisasi, sesuai dengan fantasi seksualku yang berkembang ketika aku menuliskan cerita ini. Tetapi, cerita mengenai proses hubunganku dengan dua sahabatku sebagaimana tertuang dalam cerita ini adalah cerita yang sesungguhnya terjadi. Aku menceritakan proses hubungan kami itu secara apa adanya, sesuai dengan yang terjadi dan tentu sesuai dengan batas daya ingatanku sendiri. Apa yang aku ceritakan dalam cerita bersambung ini merupakan masa-masa paling indah dalam kehidupanku. Paling indah karena saat itu aku pertama kali mengenal rasa cinta, mengenali jati diriku yang sebenarnya sebagai seorang gay, saat-saat pertama aku menjalani kehidupan sebagai seorang gay, dan tentu saja, hari-hari pertama kali aku mengenal dan melakukan hubungna sex sesama cowok. Dan karena semua itulah, aku tidak akan pernah melupakannya. Selamat membaca. Peace n love for gay people!!!! Saran dan komentar sangat dinantikan. (chatyavira@eudoramail.com)

Mendengar reaksi Johan itu, Iwan dan Tomi semakin bingung dan tidak bisa lagi berkata apa-apa. Mereka berdua hanya terdiam sambil menunduk lesu di sisi sisi kolam renang. Merasa berada di atas angin, Johan pun melanjutkan kalimatnya, "Coba kalau tidak ada aku tadi, perbuatan kalian pasti bakal ketahuan pelatih yang galak itu. Bayangin aja, apa jadinya kalau pelatih melihat kalian sedang asik saling bercumbu dan mengisap kontol? Kalian pasti dikeluarkan dari klub renang, dan semua kelakuan kalian pasti akan diketahui semua teman di sekolah," ujar Johan, kali ini dengan mimik serius.

"Eng... emm...bukan gitu Jo, tapi..tapi, benar juga katamu. Untung Cuma kamu yang melihat kami," ujar Iwan dengan nada lesu.

"Makanya, kalian jangan sok galak sekarang. Kelakuan kalian aku udah tahu," jawab Johan balas menekan dua rekannya.

"I..iya, Jo, aku minta maaf ya, tapi janji ya, kamu jaga rahasia kami berdua," ucap Tomi memohon dengan wajah memelas.

"Ha..ha.. tenang saja kawan. Bagaimanapun, kalian tetap sahabatku. Aku gak bakalan tega membongkar rahasia kalian. Lagi pula, sebenarnya.." belum sempat Johan menyelesaikan kalimatnya, Tomi segera menyela, "Akh.. terima kasih Jo..terima kasih banget aku terharu mendengar ucapanmu."

Mendengar reaksi Tomi itu, Johan mendekati dua rekannya yang sedang berdiri berdampingan, kemudian melingkarkan tangannya pada pundak mereka. "Iya, tenang aja kalian, tapi ada syaratnya lho," ujar Johan dengan tersenyum manis.

"Wah pakai syarat segala. Boleh aja deh kamu minta apa? Aku belikan khusus buat kamu. Asal kamu jangan terus memeras kami," ujar Iwan dengan cepat, juga dengan wajah memelas.

"Oh, bukan-bukan itu yang aku mau. Aku bukan serendah itu, tega memeras teman sendiri. Syaratnya gampang aja kok, dan kalian pasti juga akan senang."

"Ah..apa itu Jo, katakan saja. Kami pasti akan memenuhinya, asal kamu tetap menjaga rahasia kami," ujar Tomi dengan penasaran.

"Gampang aja kok. Tiap kali kalian akan melakukan hubungan seks lagi, kalian harus mengajak aku," kata Johan sambil menatap dua wajah manis dihadapannya.

Tentu saja syarat itu membuat dua temannya itu terperanjat bukan main. "Hah????!!! Apa kamu bilang? Aku gak salah dengar???!!!" ujar Iwan spontan, tidak percaya dengan pendengarannya.

"Kamu serius Jo? Kamu jangan permainkan kami terus dong. Please, please..," timpal Tomi tak kalah kaget.

"Duh kalian ini gimana sih? Kok sekarang jadi bego begini. Aku serius kok. Aku juga mau ikutan permainan seks kalian. Aku juga ingin merasakan enaknya kontolku kalian hisap sampai pejuku muncrat," jawab Johan tak kalah cepat.

"Tapi, tapi.. kamu kan, kamu," ujar Iwan tak sanggup menyelesaikan kalimatnya, karena otaknya benar-benar sedang bingung.

Sementara Tomi juga bengong, berdiri mematung, tak mempercayai peristiwa yang serba mengejutkan itu. Mereka bertiga berdiri terdiam beberapa saat di pinggir kolam renang. Mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing, sampai tak peduli lagi dengan tatapan belasan pasang mata dari rekan-rekan mereka yang sudah selesai berganti pakaian dan satu persatu mulai meninggalkan kolam renang, hingga kolam renang itu pun sudah sunyi, tinggal mereka bertiga yang masih berdiri mematung. Kemudian terdengar suara lirih dari mulut Tomi.

"Jo, kalau kamu ingin merasakan kenikmatan yang kami rasakan, bukankah itu menjadikanmu homoseks juga, seperti kami?" ujar Tomi dengan nada ragu dan takut.

"Ah..soal itu gak usah kalian pikirkan. Tenang sajalah, aku juga sama saja seperti kalian. Aku juga gay seperti kalian," sahut Johan tanpa sedikitpun keraguan mengenai jati dirinya yang sebenarnya.

"Hah???!!!!!." lagi-lagi Tomi dan Iwan serempak menunjukkan reaksi terkejut mereka.

"Jadi...jadi kamu ini kamu ini... gay juga???!!!!," sekali lagi, Tomi dan Iwan kompak menanyakan hal yang sama.

"Memang iya, sebenarnya sudah lama aku ingin mengatakan hal ini pada kalian. Tapi aku takut, kalian malah memusuhiku, dan tidak mau lagi bersabahat denganku," ujar Johan kalem, sambil tetap tersenyum manis.

"Ah... Ternyata, kita bertiga memang sama saja," sahut Iwan. Sambil menghembuskan nafas lega, Iwan pun memberikan senyum termanisnya untuk Johan.

"Jadi kamu serius ingin menikmati hubungan badan bersama kami?" tanya Tomi mencoba meyakinkan dirinya.

"Iya dong aku serius banget. Bahkan sudah sejak lama aku memimpikan bisa bermain seks bersama kalian," jawab Johan.

"Tapi tapi Jo...," belum sempat Iwan menyelesaikan kalimatnya, Johan sudah menyela, "Tapi kenapa Wan, memangnya ada apa?" tanya Johan.

Iwan tak segera menjawab pertanyaan itu. Sebaliknya ia menatap lekat-lekat wajah Tomi yang ada di samping kirinya. Beberapa saat dua cowok manis itu saling bertatapan mata, tanpa berkata sepatah katapun.

"Duh kalian ini kenapa sih? Kok tiba-tiba jadi aneh gini? Kalau gak mau ya udah, aku gak maksa kok," ujar Johan dengan nada keheranan bercampur kesal.

"Jangan, jangan marah gitu dong Jo. Maksud kami bukan menolak kehadiranmu. Cuma..., Cuma sebenarnya..sebenarnya.. Emmm...kami... ini sudah... emmm," Iwan tidak dapat menyelesaikan kalimatnya karena dipenuhi keraguan dan bingung memilih kata-kata yang tepat.

"Iya.. Jo.. sebenarnya kami berdua sudah tiga bulan ini sepakat untuk menjalih hubungan cinta," ujar Tomi menyambung kalimat Iwan yang tidak sempat selesai tadi.

"Oh...begitu, jadi ngerti aku. Untung kalian mau mengakui hubungan kalian. Ternyata kalian selama ini sudah pacaran ya?" ujar Johan dengan nada cemburu.

"Maafkan...kami Jo, bukannya kami bermaksud membuatmu cemburu. Tapi memang begitu kenyataannya," balas Iwan dengan lembut.

Sambil memeluk erat bahu Johan, Iwan berusaha menghibur hati Johan yang sedang kecewa. "Kamu mau kan memaafkan kami, Jo? Tapi kami masih tetap menjadikanmu sebagai sahabat kami yang paling dekat dan paling baik."

"Iya Jo, kamu jangan marah ya. Maafkan kami ya," timpal Tomi dengan nada prihatin, saat melihat mata Johan mulai berkaca-kaca.

Johan pun tak dapat menahan kesedihannya. Ia pun tak kuasa menahan tangisnya. Air matanya satu persatu mulai meleleh di pipinya. "Ak...akku ngerti kok. Kalau kalian memang saling mencintai, aku bisa ngerti. Aku gak mau lagi gangguin hubungan kalian...," ujar Johan sambil terisak, kemudian membalikkan badan, dan melangkah menuju ruang ganti, meninggalkan dua sabahatnya yang sedang terdiam.

Beberapa saat, Iwan dan Tomi masih berdiri mematung berdiam diri, sampai terdengar Tomi berujar lirih, "Wan...sayangku aku gak tega melihat kesedihan Johan. Bagaimanapun dia sahabat kita, Wan."

"Iya Tom, Johan selama ini sungguh baik pada kita. Dia banyak membantu dan selalu setia kawan. Aku gak tega juga Tom," ujar Iwan sambil menghela nafas panjang, kemudian menghembuskannya kuat-kuat, seolah ingin melepaskan beban berat yang menyesaki dadanya.

Mereka pun kembali terdiam beberapa saat. Sampai kemudian, "Tom, kamu tahu gak apa yang aku pikirkan?" ujar Iwan sambil menatap wajah kekasihnya dengan mata berbinar, dan tersenyum-senyum simpul. "Hemmm dari senyumanmu itu, aku bisa menebak arah pikiranmu, dan rasanya aku setuju dengan apa yang kamu pikirkan."

"Kalau kamu tahu, apa? Coba tebak," ujar Iwan sambil tersenyum dan menyandarkan kepalanya ke bahu Tomi dengan manja.

"Kalau tidak salah, kamu ingin membuat cinta segitiga di antara kita, dengan melibatkan Johan kan?" ujar Tomi ragu.

"Tepat sekali Tom. Kamu setuju kan? Daripada kita kehilangan sabahat terbaik kita, apa salahnya kita mau membagi cinta di antara kita."

"Aku sih setuju saja. Asalkan, Johan memang benar-benar juga mencintai kita. Aku tidak ingin, kita hanya menjadi tubuh tempat dia melampiaskan nafsu birahinya saja," ujar Tomi dengan nada tegas.

"Benar Tom, persis itu juga yang aku pikirkan. Jadi kita bisa tetap saling berhubungan tanpa ada beban lagi. Dan tidak ada lagi saling cemburu di antara kita," ujar Iwan dengan nada girang dan mata berbinar-binar.

"Oke saja sih, tetapi, tetapi...," Tomi pun kembali ragu.

"Kenapa Tom, apa lagi yang kamu ragukan?" tanya Iwan sambil memeluk pinggang Tomi yang ramping dan seksi.

"Bagaimana dengan hubungan seks kita? Apakah kita harus selalu melakukannya bertiga?" ujar Tomi tidak yakin.

"Ya jelas dong Tom. Kita harus melakukannya selalu bertiga. Tidak boleh di antara kita hanya melakukan hubungan seks berdua, sementara satu di antara kita tidak mengetahui atau tidak ikut. Kalau satu tidak ada, berarti tidak boleh ada seks, biar tidak ada kecemburuan lagi di antara kita bertiga," ujar Iwan panjang lebar berusaha menghapus keraguan di benak kekasihnya.

"Hemm aku pikir adil juga ya. Kecuali kalau satu di antara kita memang benar-benar tidak bisa ikut making love, karena sedang pergi keluar kota misalnya," sahut Tomi sambil tersenyum, "Dan...rasanya hemmmm.. memang lebih asik dan lebih menyenangkan kalau kita melakukan threesome," sambung Tomi sambil tersenyum nakal.

"Ha..ha.. dasar kamu ini. Otakmu ngeres ternyata kamu mau juga threesome. Apa selama ini aku kurang memuaskan buatmu?" sahut Iwan sambil memeluk erat tubuh kekasihnya, kemudian mencium bibir Tomi dengan sangat mesra.

"Akh kamu sih selama ini sangat memuaskan, malah sering membuatku kewalahan. Makanya, kalau ada Johan, dia pasti bisa mengimbangi nafsu kudamu itu," balas Tomi tak mau kalah, sambil membalas ciuman mesra Iwan.

"Udah, udah Tom, yuk kita susul Johan mumpung dia belum pulang," ujar Iwan sembari menarik tangan Tomi.

Mereka pun segera melangkah cepat menuju kamar ganti mencari Johan. Di kamar ganti mereka mendapati Johan sedang menangis, duduk di sudut ruang ganti yang agak gelap. Rupanya, dari tadi Johan belum membilas badannya, dan belum berganti baju. Dia tampak menggigil kedinginan di sela isak tangisnya. Johan sibuk meratapi nasibnya, sampai dia tidak mempedulikan lagi kondisi tubuhnya yang mulai pucat kedinginan. Kondisi Johan itu membuat Iwan dan Johan merasa iba dan terharu. Melihat keadaan Johan itu, mereka berdua semakin yakin, Johan memang benar-benar mencintai mereka. Perlahan, mereka mendekati Johan, dan segera duduk di sisi kiri dan kanan, mengapit Johan.

"Kalian belum pulang," tanya Johan sambil terisak.

"Kamu sendiri kok belum membersihkan badanmu," balas Iwan, sambil menghapus air mata yang membasahi pipi Johan.

"Memangnya kenapa kalau aku belum mandi? Apa hubungannya dengan kalian," sahut Johan dengan acuh, tapi tetap tidak dapat menyembunyikan kesedihan hatinya.

"Jo, kami sangat sayang padamu. Kami jelas sangat peduli dengan kamu. Makanya kami masih di sini sekarang, bersamamu," ujar Tomi sambil melingkarkan lengannya ke pundak Johan, kemudian disusul dengan tindakan serupa oleh Iwan.

"Aku minta maaf, telah mengganggu dan mengusik hubungan kalian. Aku tidak mau menjadi penghancur hubungan cinta kalian," ujar Johan, kali ini sambil menangis tersedu-sedu.

"Jangan, jangan berpikir begitu Jo. Kamu sama sekali tidak merasa terganggu dengan kehadiranmu. Malah sebaliknya, kehadiranmu membuat kami semakin bahagia," kata Iwan.

"Benar Jo, kehadiranmu justru melengkapi kebahagian kami, kehadiran cintamu akan membuat hubungan kita bertiga semakin indah, tidak sekadar persahabatan, tetapi lebih dari itu," timpal Tomi, sambil mempererat pelukannya pada tubuh Johan.

"Apa maksud kalian?" tanya Johan tidak mengerti.

"Begini Jo, kami sudah membicarakan masalah ini. Kami sepakat untuk menerima kehadiranmu, dalam arti, kita bertiga bisa saling berbagi kasih sayang dan cinta. Kamu, aku, dan Iwan, akan menjadi kekasih. Tidak ada salahnya kan, kalau kita bisa saling mencintai, saling berpacaran."

"Iya Jo, kita bisa saling menikmati cinta kasih di antara kita bertiga, dan menjadikan hari-hari kita penuh kasih sayang. Kami mencintaimu, Johan, sayangku," tegas Iwan, kemudian mengecup pipi Johan dengan gemas.

"Bener Jo, kami sepakat, kami memang mencintaimu lebih dari sekedar sahabat," ujar Tomi, kemudian ikut mencium kening dan pipi Johan.

"Kami mencintaimu, sayangku," bisik Tomi dan Iwan berbarengan dengan penuh mesra di telinga Johan, kemudian kembali mencium pipi kiri dan kanan Johan.

"Apakah aku sedang mimpi? Benarkah apa yang kalian katakan?" ujar Johan tidak percaya dengan pendengarannya.

Pertanyaan dan keraguan Johan itu hanya dijawab dengan anggukan penuh yakin dari Tomi dan Iwan, serta tatapan mata penuh cinta. "Oh terima kasih Tom, Wan aku memang sangat mencintai kalian," ujar Johan sambil balas memeluk Tomi dan Iwan.

Sejenak kemudian, merekapun saling berpelukan dan memberikan ciuman penuh mesra. Dan dengan cepat pula, ciuman antara tiga cowok yang sedang dimabuk asmara itu pun berubah menjadi ciuman-ciuman panas dan liar. Kini mereka sudah tidak saja dimabuk asmara, namun lebih dari itu juga dimabukkan oleh nafsu birahi yang begitu menggebu-gebu. Gelegak birahi membuat mereka semakin lupa diri dan makin asik menikmat rangsangan yang saling mereka berikan. Mulut dan bibir mereka saling berebut mencium, mengulum dan memagut diselingi desahan nafas yang tak kalah menggebunya. Tiga batang penis mereka juga sudah makin mengeras, dan ujungnya sama-sama menyembul dari balik celana renang mini mereka masing-masing. Tak kurang lima menit mereka saling menumpahkan cinta dan birahi mereka, sebelum kemudian Iwan menghentikan cumbuannya dengan nafas terengah-engah.

"Hah....hah... ternyata memang sungguh asik ciuman bertiga seperti ini. Coba dari dulu kita bisa melakukan ini bertiga," ujar Iwan dengan senyum gembira dan masih terengah-engah.

"I..iya.. terima kasih, kalian telah memberikan kesempatan padaku untuk merasakan kenikmatan ini. Sudah lama sekali aku memimpikan kejadian seperti ini," sahut Johan dengan cepat.

"Wan, kamu tahu kan apa yang aku pikirkan?" timpal Tomi dengan senyum penuh nafsu sembari matanya melirik ke arah batang penis Johan.

"Hemm... tentu saja aku tahu maksudku. Lihat tuh, kontol Johan udah ngaceng berat," ujar Iwan.

"Bener Wan, dan aku juga merasakan kontolmu juga udah berdiri. Ayo tunggu apa lagi?" balas Tomi sambil menarik tangan dua kekasihnya itu. (Bersambung)

###

14 Gay Erotic Stories from Chatyayuga

Persahabatan Tiga Abg Gay (1)

PENGANTAR: Cerita berikut ini merupakan pengalaman hidupku, sewaktu aku masih sekolah di sebuah SMU di Malang Jatim. Tentu saja nama-nama yang ada dalam cerita ini bukanlah nama sebenarnya. Jalan ceritanya -terutama adegan sex-memang banyak mengalami improvisasi, sesuai dengan fantasi seksualku yang berkembang ketika aku menuliskan cerita ini. Tetapi, cerita mengenai proses hubunganku dengan dua

Persahabatan Tiga Abg Gay (2)

PENGANTAR: Cerita berikut ini merupakan pengalaman hidupku, sewaktu aku masih sekolah di sebuah SMU di Malang Jatim. Tentu saja nama-nama yang ada dalam cerita ini bukanlah nama sebenarnya. Jalan ceritanya -terutama adegan sex-memang banyak mengalami improvisasi, sesuai dengan fantasi seksualku yang berkembang ketika aku menuliskan cerita ini. Tetapi, cerita mengenai proses hubunganku dengan dua

Persahabatan Tiga Abg Gay (3)

PENGANTAR: Cerita berikut ini merupakan pengalaman hidupku, sewaktu aku masih sekolah di sebuah SMU di Malang Jatim. Tentu saja nama-nama yang ada dalam cerita ini bukanlah nama sebenarnya. Jalan ceritanya -terutama adegan sex-memang banyak mengalami improvisasi, sesuai dengan fantasi seksualku yang berkembang ketika aku menuliskan cerita ini. Tetapi, cerita mengenai proses hubunganku dengan dua

Persahabatan Tiga Abg Gay (4)

PENGANTAR: Cerita berikut ini merupakan pengalaman hidupku, sewaktu aku masih sekolah di sebuah SMU di Malang Jatim. Tentu saja nama-nama yang ada dalam cerita ini bukanlah nama sebenarnya. Jalan ceritanya -terutama adegan sex-memang banyak mengalami improvisasi, sesuai dengan fantasi seksualku yang berkembang ketika aku menuliskan cerita ini. Tetapi, cerita mengenai proses hubunganku dengan dua

Persahabatan Tiga Abg Gay (5)

PENGANTAR: Cerita berikut ini merupakan pengalaman hidupku, sewaktu aku masih sekolah di sebuah SMU di Malang Jatim. Tentu saja nama-nama yang ada dalam cerita ini bukanlah nama sebenarnya. Jalan ceritanya -terutama adegan sex-memang banyak mengalami improvisasi, sesuai dengan fantasi seksualku yang berkembang ketika aku menuliskan cerita ini. Tetapi, cerita mengenai proses hubunganku dengan dua

Persahabatan Tiga Abg Gay (6)

PENGANTAR: Cerita berikut ini merupakan pengalaman hidupku, sewaktu aku masih sekolah di sebuah SMU di Malang Jatim. Tentu saja nama-nama yang ada dalam cerita ini bukanlah nama sebenarnya. Jalan ceritanya -terutama adegan sex-memang banyak mengalami improvisasi, sesuai dengan fantasi seksualku yang berkembang ketika aku menuliskan cerita ini. Tetapi, cerita mengenai proses hubunganku dengan dua

Persahabatan Tiga Abg Gay (7)

PENGANTAR: Cerita berikut ini merupakan pengalaman hidupku, sewaktu aku masih sekolah di sebuah SMU di Malang Jatim. Tentu saja nama-nama yang ada dalam cerita ini bukanlah nama sebenarnya. Jalan ceritanya -terutama adegan sex-memang banyak mengalami improvisasi, sesuai dengan fantasi seksualku yang berkembang ketika aku menuliskan cerita ini. Tetapi, cerita mengenai proses hubunganku dengan dua

Persahabatan Tiga Abg Gay (8)

PENGANTAR: Cerita berikut ini merupakan pengalaman hidupku, sewaktu aku masih sekolah di sebuah SMU di Malang Jatim. Tentu saja nama-nama yang ada dalam cerita ini bukanlah nama sebenarnya. Jalan ceritanya -terutama adegan sex-memang banyak mengalami improvisasi, sesuai dengan fantasi seksualku yang berkembang ketika aku menuliskan cerita ini. Tetapi, cerita mengenai proses hubunganku dengan dua

Persahabatan Tiga Abg Gay (9)

PENGANTAR: Cerita berikut ini merupakan pengalaman hidupku, sewaktu aku masih sekolah di sebuah SMU di Malang Jatim. Tentu saja nama-nama yang ada dalam cerita ini bukanlah nama sebenarnya. Jalan ceritanya -terutama adegan sex-memang banyak mengalami improvisasi, sesuai dengan fantasi seksualku yang berkembang ketika aku menuliskan cerita ini. Tetapi, cerita mengenai proses hubunganku dengan dua

Persahabatan Tiga Abg Gay (10)

PENGANTAR: Cerita berikut ini merupakan pengalaman hidupku, sewaktu aku masih sekolah di sebuah SMU di Malang Jatim. Tentu saja nama-nama yang ada dalam cerita ini bukanlah nama sebenarnya. Jalan ceritanya -terutama adegan sex-memang banyak mengalami improvisasi, sesuai dengan fantasi seksualku yang berkembang ketika aku menuliskan cerita ini. Tetapi, cerita mengenai proses hubunganku dengan dua

Persahabatan Tiga Abg Gay (11)

PENGANTAR: Cerita berikut ini merupakan pengalaman hidupku, sewaktu aku masih sekolah di sebuah SMU di Malang Jatim. Tentu saja nama-nama yang ada dalam cerita ini bukanlah nama sebenarnya. Jalan ceritanya -terutama adegan sex-memang banyak mengalami improvisasi, sesuai dengan fantasi seksualku yang berkembang ketika aku menuliskan cerita ini. Tetapi, cerita mengenai proses hubunganku dengan dua

Persahabatan Tiga Abg Gay (12)

PENGANTAR: Cerita berikut ini merupakan pengalaman hidupku, sewaktu aku masih sekolah di sebuah SMU di Malang Jatim. Tentu saja nama-nama yang ada dalam cerita ini bukanlah nama sebenarnya. Jalan ceritanya -terutama adegan sex-memang banyak mengalami improvisasi, sesuai dengan fantasi seksualku yang berkembang ketika aku menuliskan cerita ini. Tetapi, cerita mengenai proses hubunganku dengan dua

Persahabatan Tiga Abg Gay (13)

PENGANTAR: Cerita berikut ini merupakan pengalaman hidupku, sewaktu aku masih sekolah di sebuah SMU di Malang Jatim. Tentu saja nama-nama yang ada dalam cerita ini bukanlah nama sebenarnya. Jalan ceritanya -terutama adegan sex-memang banyak mengalami improvisasi, sesuai dengan fantasi seksualku yang berkembang ketika aku menuliskan cerita ini. Tetapi, cerita mengenai proses hubunganku dengan dua

Persahabatan Tiga Abg Gay (14)

PENGANTAR: Cerita berikut ini merupakan pengalaman hidupku, sewaktu aku masih sekolah di sebuah SMU di Malang Jatim. Tentu saja nama-nama yang ada dalam cerita ini bukanlah nama sebenarnya. Jalan ceritanya -terutama adegan sex-memang banyak mengalami improvisasi, sesuai dengan fantasi seksualku yang berkembang ketika aku menuliskan cerita ini. Tetapi, cerita mengenai proses hubunganku dengan dua

###

Web-02: vampire_2.0.3.07
_stories_story