Gay Erotic Stories

"Ted," pintu kamar mandi diketuk. Pasti Bang Gatot, "Ini handuknya nih!"

Teddy segera membilas tubuhnya dari busa sabun. Setelah bersih ia berusaha menghapus sisa-sisa air mata di wajahnya. Dibukanya pintu kamar mandi. Bang Gatot mengulurkan handuk.

"Makasih, Bang," ujar Teddy langsung keluar kamar mandi dan menyeka tubuh telanjangnya dengan handuk. Teddy merasa Bang Gatot memandangi badannya yang penuh bekas cambukan.

"Nah, Bang Gatot udah liat sendiri kan gimana galaknya Papa?" cetus Teddy. Air matanya serasa ingin tumpah lagi namun ditahannya. Cepat-cepat ia berjalan ke arah lemari pakaian dan membukanya. Diambilnya celana dalam bersih warna hitam dan langsung dikenakannya.Bang Gatot menghampirinya dan menyentuh memar di pinggangnya.

"Sakit ya?" tanya Gatot cenderung untuk memastikan ketimbang sekedar bertanya.Masih terbayang jelas di benaknya bagaimana tadi dengan gagah Teddy menanggungkan hukuman fisik dari bapaknya. Sambil bertelanjang bulat dan kemaluan tegang penuh pula!

"Banget!" sahut Teddy mengambil kaos dalam dan kemeja putih seragam sekolahnya. Gatot masih termangu sampai anak itu selesai mengenakan celana panjang abu-abunya.

"Kok Abang bengong begitu sih? Kaget ya liat Papa galak begitu?" usik Teddy sambil mengambil tas punggung dari atas meja belajarnya.

"Enggak. Saya salut aja sama kamu. Bisa-bisanya tahan gak aduh-aduh sama sekali gitu."

"Udah biasa, Bang. Dari kecil. Kalo aduh-aduh atau malah nangis segala bakal ditambahin. Gak usah kaget."

"Ngomong-ngomong kenapa sih kamu sampe pake uang bayaran sekolah? Udah tau papamu segitu kerasnya."

"Yah, emang Teddy terpengaruh temen-temen sih. Buat makan-makan gitu deh," Teddy tidak sampai membeberkan tentang majalah-majalah porno yang dibelinya dari Kuslinar anak perwira tinggi sahabatnya dari kecil itu yang baru pulang dari liburan ke Eropa.

"Jadi bener kata papa kamu, kamu udah maen cewek?"

"Sama temen-temen cowok kok makan-makannya, Bang. Teddy sama cewek belom berani aneh-aneh," akunya polos.

Tentang itu Teddy jujur. Biarpun dari sejak masih SMP dulu sudah banyak teman perempuan yang menunjukkan minat untuk lebih dari sekedar berteman, namun Teddy selalu menghindar. Lagipula dia takut teman perempuannya bakal kabur begitu tahu Papa begitu galaknya! Sejauh ini onani sambil melihati majalah yang dibelinya dengan cukup mahal dari Kuslinar itu saja yang berani dilakukannya dengan sembunyi-sembunyi. Jangan sampai ketahuan Papa!

"Mandilah sana, Bang. Teddy berangkat duluan ya," ujar Teddy setelah persiapannya berangkat sekolah tuntas. Anak itu segera turun ke bawah. Meninggalkan Teddy yang dari tadi masih memegangi kancut Teddy di tangannya. Sekali lagi diendusinya benda itu. Ia ingin menyimpannya sebagai kenang-kenangan. Ia yakin Teddy tidak akan kehilangan cawat abu-abunya itu. Cepat-cepat Gatot masuk ke kamar mandi membawa bayangan Teddy bugil dipukuli papanya dengan kontol keras menegang ke bahan khayalan masturbasinya.Bikini abu-abu itulah saksi bisunya.

Usai mandi Gatot berpakaian sambil memikirkan tempat paling aman untuk menyembunyikan celana dalam Teddy yang baginya bersejarah itu. Dibukanya lemari pakaian Teddy. Ia pernah melihat tumpukan kotak bekas sepatu yang sudah kosong di bawah gantungan pakaian anak itu. Kalau diambilnya satu Teddy tentu tidak bakal menyadarinya.Gatot mengambil yang paling bawah dan menumpuk kembali sisanya dengan rapi seperti semula. Begitu kotak yang dipilihnya dibuka kelihatanlah majalah-majalah porno impor di dalamnya. Ternyata pebinaraga pemula itu memiliki koleksi bahan beronani yang lumayan juga. Gatot langsung ingin mengembalikan dan menukarnya dengan kotak lain ketika dilihatnya dua buah borgol lengkap dengan kuncinya tergeletak di sebelah kotak-kotak itu. Borgol-borgol itu asli. Begitu saja terbesit ide nakal dalam benak lelaki yang telah dirasuki cinta membara terhadap saudara jauhnya sendiri itu!